Jumat, 18 September 2015

Kadar Racun dan Manajemen Sianida


Sianida menjadi racun dalam dosis yang besar dan diatur dalam aturan yang ketat dalam yurisdiksi dunia untuk melindungi orang-orang, hewan-hewan, dan lingkungan air. Sianida dapat mencegah tubuh tidak mampu untuk menyerap oksigen, sehingga menyebabkan asfiksasi (kematian karena kekurangan oksigen), yang akan sangat mematikan bagi manusia dan hewan jika tidak cepat mendapatkan pertolongan pertama. Bagaimanapun, manusia dan hewan dapat melakukan detoksifikasi secara cepat terhadap sejumlah kecil sianida yang tidak sampai menyebabkan kematian tanpa terkena dampak negatif dan dosis-dosis kecil yang berulang dapat ditolerir oleh sebagian spesies.

Faktanya, meskipun sianida memiliki tingkat keracunan yang tinggi pada manusia, tidak pernah ditemukan kecelakaan maut yang terjadi pada manusia akibat dari keracunan sianida di industri-industri tambang Australia dan Amerika Utara selama seratus tahun. Hal ini menunjukkan bahwa bahaya sianida terhadap manusia sudah berhasil dikontrol dengan meminimalisir resiko-resiko pengendalian dan pemasaran yang dilakukan oleh industri. Bahkan di area-area tambang skala kecil dengan penggendalian bahan buangan yang terbatas dan tingkat keamanan kerja yang rendah, kematian pada manusia relatif lebih sedikit terjadi dibanding merkuri atau resiko lainnya.

Pada konsentrasi yang tinggi, sianida dapat menjadi racun bagi biota air, khususnya pada ikan. Karena ikan memiliki sensivitas seribu kali lipat terhadap sianida dibanding manusia. Dikarenakan ancaman lingkungan terbesar dari sianida terhadap air adalah pembuangan yang disengaja maupun tidak disengaja ke permukaan air, maka pengawasan dan manajemen air di area tambang menjadi urusan yang sangat penting. Aturan seringkali membatasi jumlah sianida yang dapat dibuang ke lingkungan dan ada beberapa teknologi perawatan air yang tersedia untuk menyingkirkan sianida dari air tambang.

Burung-burung dan satwa liar lain dapat juga berpotensi terkena dampak resiko dari racun sianida jika mereka menggunakan kolam pembuangan (tailing) sebagai tempat untuk minum dan bermain air. Dalam rangka untuk mencegah kematian hewan-hewan liar, tingkat sianida didalam kolam tailing dapat dikurangi menjadi tingkat yang aman dengan cara meminimalisir penggunaan sianida, memisahkan sianida dari aliran pembuangan, dan mendaur ulangnya dengan menggunakan reaksi kimia dan biologi untuk merubah sianida menjadi zat kimia yang rendah akan kadar racun. Sebuah standar yang cukup luas diterima sebagai tingkat aman untuk air yang digunakan oelh satwa liar adalah 50 mg/L weak acid dissosiable (WAD). Standar ini cukup ampuh untuk menekan angka kematian dari burung-burung yang bermigrasi yang disebabkan oleh kasus ini. Diperkirakan hanya sekitar seratus burung yang mati akibat sianida setiap tahun. Penghalang seperti pagar dan jaring dapat mencegah burung untuk tidak masuk kedalam air tambang.

Sianida tidak menyebabkan kanker, dan tidak terakumulasi didalam rantai makanan. Sianida tidak selalu ada dalam lingkungan dan cepat sekali untuk terurai menjadi zat kimia yang rendah racun oleh matahari dan udara.

Insiden Tumpah

Tempat dimana terjadi insiden tumpahan sianida ke permukaan air telah diinvestigasi dan mengalami perubahan yang dibuat oleh industri untuk mencegah tumpahan serupa terjadi lagi. Satu dari perubaham semcam itu diambil dari International Cyanide Management Code. Aturan ini telah dikembangkan beriringan dengan kejadian-kejadian tumpahan sianida, misalnya seperti kasus tumpahan di Baia Mare di Rumania pada tahun 2000. Dalam kasus Baia Mare, terjadi kegagalan sistem bendungan sehingga menumpahkan sianida ke permukaan air terdekat menyebabkan kontaminasi penyebaran yang sangat luas, ikan-ikan mati, dan rusaknya ekonomi, tapi tidak ada korban jiwa dari manusia.
Dalam kasus tumpahan tersebut, Sianida menjadi perusak hebat yang sangat cepat melalui proses proses alami seperti evaporasi, dan dampak dampak yang terjadi –meskipun signifikan pada biota air hanya berlaku untuk jangka pendek. Pada tumpahan Baia Mare, konsenstrasi sianida berkurang sangat cepat seiring jarak yang semakin jauh dari tumpahan. Setelah air yang terkontaminasi lewat, mikro organisme air dan plankton kembali pulih dalam beberapa hari saja.

Di  Jepang, sebuah gempa bumi pada tahun 1980 menyebabkan sejumlah besar sianida masuk ke dalam sebuah aliran yang berasal dari salah satu tambang emas. Walaupun tumpahan tersebut membunuh seluruh kehidupan yang ada di dalam aliran tersebut, sianida hanya terdeteksi sampai tiga hari saja setelah tumpahan terjadi. Dalam sebulan, tumbuh-tumbuhan kembali tumbuh diatas batu-batu yang berada dalam air dan dalam 6-7 bulan jumlah populasi dari ikan, alga, dan invertebrate pulih kembali. Sianida juga tidak ditemukan di Yellowknife Bay di Northwest territories dari tahun 1974 sampai 1976, padahal disitu selalu ada limbah sianida yang masuk dari tambang emas yang beroperasi di sekitarnya (sebuah praktik yang tidak diizinkan sekarang).

1 komentar:

  1. Zat racun sianida sebenarnya dibuat untuk tujuan membunuh serangga dan hewan pengerat di kapal, gudang, kereta, dan di pohon-pohon tertentu. Namun tangan-tangan jahil telah menyalahgunakaannya dengan menyendupkannya kepada para tentara perang di zaman tersebut sehingga sianida tersebar dan meracuni banyak orang. http://bit.ly/1RAOaJl

    BalasHapus