Sianida menjadi racun dalam dosis yang besar dan diatur dalam aturan yang ketat dalam yurisdiksi dunia untuk melindungi orang-orang, hewan-hewan, dan lingkungan air. Sianida dapat mencegah tubuh tidak mampu untuk menyerap oksigen, sehingga menyebabkan asfiksasi (kematian karena kekurangan oksigen), yang akan sangat mematikan bagi manusia dan hewan jika tidak cepat mendapatkan pertolongan pertama. Bagaimanapun, manusia dan hewan dapat melakukan detoksifikasi secara cepat terhadap sejumlah kecil sianida yang tidak sampai menyebabkan kematian tanpa terkena dampak negatif dan dosis-dosis kecil yang berulang dapat ditolerir oleh sebagian spesies.
Faktanya, meskipun sianida memiliki tingkat keracunan yang
tinggi pada manusia, tidak pernah ditemukan kecelakaan maut yang terjadi pada
manusia akibat dari keracunan sianida di industri-industri tambang Australia
dan Amerika Utara selama seratus tahun. Hal ini menunjukkan bahwa bahaya
sianida terhadap manusia sudah berhasil dikontrol dengan meminimalisir
resiko-resiko pengendalian dan pemasaran yang dilakukan oleh industri. Bahkan
di area-area tambang skala kecil dengan penggendalian bahan buangan yang
terbatas dan tingkat keamanan kerja yang rendah, kematian pada manusia relatif
lebih sedikit terjadi dibanding merkuri atau resiko lainnya.
Pada konsentrasi yang tinggi, sianida dapat menjadi racun
bagi biota air, khususnya pada ikan. Karena ikan memiliki sensivitas seribu
kali lipat terhadap sianida dibanding manusia. Dikarenakan ancaman lingkungan
terbesar dari sianida terhadap air adalah pembuangan yang disengaja maupun
tidak disengaja ke permukaan air, maka pengawasan dan manajemen air di area
tambang menjadi urusan yang sangat penting. Aturan seringkali membatasi jumlah
sianida yang dapat dibuang ke lingkungan dan ada beberapa teknologi perawatan
air yang tersedia untuk menyingkirkan sianida dari air tambang.
Burung-burung dan satwa liar lain dapat juga berpotensi
terkena dampak resiko dari racun sianida jika mereka menggunakan kolam
pembuangan (tailing) sebagai tempat untuk minum dan bermain air. Dalam rangka
untuk mencegah kematian hewan-hewan liar, tingkat sianida didalam kolam tailing
dapat dikurangi menjadi tingkat yang aman dengan cara meminimalisir penggunaan
sianida, memisahkan sianida dari aliran pembuangan, dan mendaur ulangnya dengan
menggunakan reaksi kimia dan biologi untuk merubah sianida menjadi zat kimia
yang rendah akan kadar racun. Sebuah standar yang cukup luas diterima sebagai
tingkat aman untuk air yang digunakan oelh satwa liar adalah 50 mg/L weak acid
dissosiable (WAD). Standar ini cukup ampuh untuk menekan angka kematian dari
burung-burung yang bermigrasi yang disebabkan oleh kasus ini. Diperkirakan
hanya sekitar seratus burung yang mati akibat sianida setiap tahun. Penghalang
seperti pagar dan jaring dapat mencegah burung untuk tidak masuk kedalam air
tambang.
Sianida tidak menyebabkan kanker, dan tidak terakumulasi
didalam rantai makanan. Sianida tidak selalu ada dalam lingkungan dan cepat
sekali untuk terurai menjadi zat kimia yang rendah racun oleh matahari dan
udara.
Insiden Tumpah
Tempat dimana terjadi insiden tumpahan sianida ke permukaan
air telah diinvestigasi dan mengalami perubahan yang dibuat oleh industri untuk
mencegah tumpahan serupa terjadi lagi. Satu dari perubaham semcam itu diambil
dari International Cyanide Management
Code. Aturan ini telah dikembangkan beriringan dengan kejadian-kejadian
tumpahan sianida, misalnya seperti kasus tumpahan di Baia Mare di Rumania pada
tahun 2000. Dalam kasus Baia Mare, terjadi kegagalan sistem bendungan sehingga
menumpahkan sianida ke permukaan air terdekat menyebabkan kontaminasi
penyebaran yang sangat luas, ikan-ikan mati, dan rusaknya ekonomi, tapi tidak
ada korban jiwa dari manusia.
Dalam kasus tumpahan tersebut, Sianida menjadi perusak hebat
yang sangat cepat melalui proses proses alami seperti evaporasi, dan dampak
dampak yang terjadi –meskipun signifikan pada biota air hanya berlaku untuk
jangka pendek. Pada tumpahan Baia Mare, konsenstrasi sianida berkurang sangat cepat
seiring jarak yang semakin jauh dari tumpahan. Setelah air yang terkontaminasi
lewat, mikro organisme air dan plankton kembali pulih dalam beberapa hari saja.
Di Jepang, sebuah
gempa bumi pada tahun 1980 menyebabkan sejumlah besar sianida masuk ke dalam sebuah
aliran yang berasal dari salah satu tambang emas. Walaupun tumpahan tersebut
membunuh seluruh kehidupan yang ada di dalam aliran tersebut, sianida hanya
terdeteksi sampai tiga hari saja setelah tumpahan terjadi. Dalam sebulan,
tumbuh-tumbuhan kembali tumbuh diatas batu-batu yang berada dalam air dan dalam
6-7 bulan jumlah populasi dari ikan, alga, dan invertebrate pulih kembali.
Sianida juga tidak ditemukan di Yellowknife Bay di Northwest territories dari
tahun 1974 sampai 1976, padahal disitu selalu ada limbah sianida yang masuk
dari tambang emas yang beroperasi di sekitarnya (sebuah praktik yang tidak
diizinkan sekarang).
Zat racun sianida sebenarnya dibuat untuk tujuan membunuh serangga dan hewan pengerat di kapal, gudang, kereta, dan di pohon-pohon tertentu. Namun tangan-tangan jahil telah menyalahgunakaannya dengan menyendupkannya kepada para tentara perang di zaman tersebut sehingga sianida tersebar dan meracuni banyak orang. http://bit.ly/1RAOaJl
BalasHapus